Berdakwah pada Keluarga
Berdakwah pada Keluarga
Benarlah apa yang diterangkan dalam hadits, bahwa mereka yang berusaha menjalankan ajaran (sunnah) Rasullullaah shallallaahu alaihi wa sallaam akan banyak yang menentang.
Masih melekat diingatan saya, dulu, waktu awal2 saya putuskan untuk membiarkan jenggot tumbuh lebat, tak ayal, banyak komentar2 kurang enak yang terdengar. Bahkan orang yang pertama kali berkomentar pedas dengan terang2an, justru datang dari salah satu orang terdekat saya, yakni bapak saya sendiri.
"Kamu ini le lee, lama nggak pulang kok malah sekarang kayak teroris, mbok ya dibersihkan itu jenggotmu.."
Sebenernya saya bisa dengan mudah menjawab komentar dari bapak waktu itu, hadits2 ttg sunnahnya jenggot pun kebetulan kebanyakan sudah saya tahu. Tapi, karena yang saya hadapi ini bapak saya sendiri, yakni orang yang paling saya hormati, saya pun harus hati2 dalam menanggapi. Jangan sampailah tanggapan saya ternyata malah menjadikan perasaan beliau tersinggung atau tersakiti.
Dan bisa saja saya kasih dalil ini itu, tapi siapa lah saya, anak kemaren sore kok lancang ndalil di depan orang tua..
Ahirnya dengan agak guyon saya jawab :
"Nggeh pak, leres. Mmg kebanyakan teroris itu banyak yang pada jenggotan. Tapi nggak semua yang jenggotan itu mesti teroris lho pak"
Bapak langsung menyahut :
"Coba aja liat di tipi, teroris yang ketembak kemaren itu jenggotnya juga panjang kayak kamu"
Dengan masih senyam-senyum saya coba jawab :
"Kalo gitu coba diliat juga para koruptor ditipi yang ketangkep KPK itu pak, kebanyakan koruptor kan pada dasian (pake dasi), apa berarti semua yang dasian itu mesti koruptor tho pak ?? Lak nggeh mboten tho ??"
Kemudian saya tambah penjelasan dengan agak serius :
"Pak, jenggot niku sunnah, sedangkan ngebom (tindakan terorism) niku kriminal, mau dia jenggotan atau nggak, kalo melakukan kriminal ya tetep salah, yang salah orangnya pak, senes (bukan) jenggotnya. Begitu juga koruptor yang dasian tadi, yang salah orangnya, bukan dasinya"
Dari sini bapak saya terdiam, dalam hati saya hanya bisa berkata, "Semoga beliau paham, dan semoga jawaban saya ini tidak menyakiti perasaannya"
Dan (alhamdulillaah) sejak saat itu bapak nggak lagi nyinggung2 jenggot saya.
""""""""""
Ternyata yang paling sulit itu mendakwahi keluarga sendiri, kalo ngadepi orang lain kita bisa saja ndalil ini itu ceplas ceplos, tapi di depan keluarga sendiri gak bisa gitu, apalagi pada yang lebih tua, ada perasaan yang harus dijaga.
Saudaraku, jika ada diantara kita yang masih memiliki orang tua atau sanak saudara yang belum mengenal sunnah, jangan lelah untuk terus mengenalkan sunnah pada mereka, walo sulit jangan menyerah, yang sulit tidak berarti tidak mungkin, karena Allaah akan memberikan hidayah pada siapapun yang dikehendakiNya.
Teruslah berbakti pada orang tua, berbuat baik pada mereka, semoga dengannya kata2 kita akan didengar oleh mereka. Bahkan semoga Allaah akan memberikan hidayah pada mereka, dan tentunya pada kita semua.
Barakallaahu fiikum.
- Sahabatmu -
Benarlah apa yang diterangkan dalam hadits, bahwa mereka yang berusaha menjalankan ajaran (sunnah) Rasullullaah shallallaahu alaihi wa sallaam akan banyak yang menentang.
Masih melekat diingatan saya, dulu, waktu awal2 saya putuskan untuk membiarkan jenggot tumbuh lebat, tak ayal, banyak komentar2 kurang enak yang terdengar. Bahkan orang yang pertama kali berkomentar pedas dengan terang2an, justru datang dari salah satu orang terdekat saya, yakni bapak saya sendiri.
"Kamu ini le lee, lama nggak pulang kok malah sekarang kayak teroris, mbok ya dibersihkan itu jenggotmu.."
Sebenernya saya bisa dengan mudah menjawab komentar dari bapak waktu itu, hadits2 ttg sunnahnya jenggot pun kebetulan kebanyakan sudah saya tahu. Tapi, karena yang saya hadapi ini bapak saya sendiri, yakni orang yang paling saya hormati, saya pun harus hati2 dalam menanggapi. Jangan sampailah tanggapan saya ternyata malah menjadikan perasaan beliau tersinggung atau tersakiti.
Dan bisa saja saya kasih dalil ini itu, tapi siapa lah saya, anak kemaren sore kok lancang ndalil di depan orang tua..
Ahirnya dengan agak guyon saya jawab :
"Nggeh pak, leres. Mmg kebanyakan teroris itu banyak yang pada jenggotan. Tapi nggak semua yang jenggotan itu mesti teroris lho pak"
Bapak langsung menyahut :
"Coba aja liat di tipi, teroris yang ketembak kemaren itu jenggotnya juga panjang kayak kamu"
Dengan masih senyam-senyum saya coba jawab :
"Kalo gitu coba diliat juga para koruptor ditipi yang ketangkep KPK itu pak, kebanyakan koruptor kan pada dasian (pake dasi), apa berarti semua yang dasian itu mesti koruptor tho pak ?? Lak nggeh mboten tho ??"
Kemudian saya tambah penjelasan dengan agak serius :
"Pak, jenggot niku sunnah, sedangkan ngebom (tindakan terorism) niku kriminal, mau dia jenggotan atau nggak, kalo melakukan kriminal ya tetep salah, yang salah orangnya pak, senes (bukan) jenggotnya. Begitu juga koruptor yang dasian tadi, yang salah orangnya, bukan dasinya"
Dari sini bapak saya terdiam, dalam hati saya hanya bisa berkata, "Semoga beliau paham, dan semoga jawaban saya ini tidak menyakiti perasaannya"
Dan (alhamdulillaah) sejak saat itu bapak nggak lagi nyinggung2 jenggot saya.
""""""""""
Ternyata yang paling sulit itu mendakwahi keluarga sendiri, kalo ngadepi orang lain kita bisa saja ndalil ini itu ceplas ceplos, tapi di depan keluarga sendiri gak bisa gitu, apalagi pada yang lebih tua, ada perasaan yang harus dijaga.
Saudaraku, jika ada diantara kita yang masih memiliki orang tua atau sanak saudara yang belum mengenal sunnah, jangan lelah untuk terus mengenalkan sunnah pada mereka, walo sulit jangan menyerah, yang sulit tidak berarti tidak mungkin, karena Allaah akan memberikan hidayah pada siapapun yang dikehendakiNya.
Teruslah berbakti pada orang tua, berbuat baik pada mereka, semoga dengannya kata2 kita akan didengar oleh mereka. Bahkan semoga Allaah akan memberikan hidayah pada mereka, dan tentunya pada kita semua.
Barakallaahu fiikum.
- Sahabatmu -
Komentar
Posting Komentar